Jember Female

Minggu, 22 Februari 2009

Supaya hubungan tetap harmonis dengan pasangan anda


Menyelaraskan hubungan memang sulit. Apalagi di masa pacaran. Karena, meski sudah menikah pun, kadang kedekatan dan kelancaran hubungan masih menjadi kendala. Persoalannya, komunikasi belum terjalin secara baik. Disadari atau tidak, ini akan berdampak pada aktivitas percintaan Anda. Menatanya, adalah solusi terbaik.

Komunikasi tetap menjadi pilar penting untuk membangun saling pengertian, persamaan pemahaman, dan adanya rasa kebersamaan dalam menghadapi suatu masalah. Komunikasi bisa terganggu karena kesalahpahaman, dan kemudian bisa terjadi penumpukan emosi. Jika terus terpendam, maka bisa timbul rasa dendam, yang kemudian diekspresikan dalam bentuk aktivitas seksual. Berikut adalah cara menyelaraskan hubungan yang baik.

Pertama, kenali dan pahami pasangan Anda. Ini memang sebaiknya sudah dilakukan sebelum memasuki gerbang perkawinan. Meski pengenalan itu bukan berarti final. Selalu ada hal baru yang sebelumnya tidak Anda ketahui. Untuk itu, pengenalan dan pemahaman harus terus dilakukan. Proses ini bukan semata mengenali secara fisik, tetapi juga hati, pribadinya, kebiasaan-kebiasaan, hobi dan hal-hal yang bersifat romantis, seperti suka berdua di bawah temaram lampu sembari berpeluk mesra. Ini penting agar Anda bisa mengantisipasi, menjaga, dan memahami yang mungkin bisa menyebabkan konflik serius.
Kedua, membuka diri. Hubungan yang cukup lama tak menjamin adanya keterbukaan dari hati ke hati. Perempuan cenderung tertutup, perlu pengertian, dan toleransi dari pihak pria. Apalagi yang menyangkut soal seks, kebanyakan dari mereka menganggap tabu. Karenanya, komunikasi terbuka dari hati ke hati amat penting. Ungkapkan dengan tutur kata lembut, misalnya jika Anda ingin bercinta di tempat dan suasana berbeda, dan berbeda gaya. Keterbukaan perlu terus dibina untuk menghindari kesalahpahaman dan membangun saling pengertian.

Ketiga, berterus terang. Halangan keintiman pasangan bisa terjadi ketika pasangan mengatakan “Ya” tetapi sebenarnya “Tidak”. Misal, si dia lelah sepulang kerja, tapi mau menuruti permintaan Anda untuk bercinta, meski sebenarnya enggan. Untuk itu Anda perlu pandai-pandai membaca situasi. Dan berilah kesempatan pada pasangan untuk mampu mengatakan “Ya” atau “Tidak”. Asalkan, bila ada ketidaksetujuan, disertai dengan alasan-alasan yang rasional. Dengan begitu, Anda telah mengajarkan kepada pasangan Anda untuk berani menolak tanpa merasa tertekan. Sebaliknya, dia pun tak berkecil hati ketika Anda menolaknya. Memang tak ada gunanya berpura-pura.

Keempat, bersedia mengalah. Pengendalian diri di sini sangatlah penting, karena kecamuk rasa dapat membekukan hubungan yang sulit cair. Sebaiknya, bila ada hal yang tak sepaham, perlu didiskusikan, dicarikan jalan keluar. Terpenting, jangan ada perasaan menang atau kalah. Toleransi itu sangat diperlukan. Apalagi tak ada yang mau mengalah, mungkin perlu bantuan orang ketiga untuk mencairkan kebekuan hubungan. Orang ketiga tersebut tentu adalah orang terdekat yang mengetahui dan memahami, bukan malah menjadi provokator.

Kelima, berikan kata pujian. Jika Anda mengucapkan terima kasih atas apa pun yang dilakukan dan pemberian dari pasangan, Anda telah melakukan hal benar. Ini meyakinkan dia bahwa Anda menghargainya. Pujian perlu ditaburkan dalam momen apa pun. Acapkali tak perlu diucapkan, tetapi cukup dengan tingkah laku. Semacam bahasa isyarat. Seperti mengecup mesra atau genggam erat jemarinya dengan tulus, itu akan terasa di lubuk hati yang dalam.

posted by mudah itu gampang at 16.42

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home